Mengapa kita sering "CAPEK" di dunia ini?

Salah satu berkah dari kemacetan adalah kita memiliki kesempatan untuk melihat2 aktifitas teman-teman maya di social media dan grup chatting. Beragam komen update yang bisa dilihat, mulai dari yang nadk penting2 banget di upload hingga para haters yang mengeluarkan semua kata sampah yang menyakitkan. 

Namun, banyak juga postingan yang membuatku merenung dan berpikir cukup dalam. Terutama yang berkenaan dengan apa tujuan dan fungsi kita sebagai hamba Allah ini - berikut adalah salah satu postingan di kategori tersebut.



"MENGAPA KITA SERING "CAPEK" DI DUNIA INI...?"

Beginilah al-Qur’an bertutur, membuat sebuah panduan yang berharga untuk setiap muslim, bahwa apa yang kita tuju menentukan cara kita untuk sampai kepadanya......


(1). URUSAN Berdzikir (Sholat), perintahnya adalah “Berlarilah!”
“Wahai orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan sholat Jum’at, maka BERLARILAH kalian MENGINGAT Allah dan tinggalkanlah jual beli.” (QS. Al-Jum’ah : 9)

(2). URUSAN Melakukan Kebaikan, perintahnya adalah “Berlombalah!”
“Maka BERLOMBA-LOMBALAH dalam berbuat KEBAIKAN.” (QS. Al-Baqarah : 148)

(3). URUSAN Meraih Ampunan, perintahnya adalah “Bersegeralah!”
“Dan BERSEGERALAH kamu menuju AMPUNAN dari Tuhanmu dan menuju SURGA…” (QS. Ali Imron : 133)

(4). URUSAN Menuju Allah, perintahnya adalah “Berlarilah dengan cepat!”
“Maka BERLARILAH kembali ta’at kepada ALLAH.” (QS. Adz-Dzaariyat : 50)

(5). TAPI... URUSAN Menjemput Rizki (Duniawi), perintahnya HANYALAH “Berjalanlah!”
“Dialah yang menjadikan bumi mudah bagimu, maka BERJALANLAH di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari RIZKI-Nya.” (QS. Al-Mulk : 15)

Semestinya kita memahami, kapan kita perlu BERLARI, atau menambah kecepatan lari kita, atau bahkan CUKUP BERJALAN saja.

Jangan-jangan, selama ini kita merasa lelah, karena MALAH berlari mengejar dunia yang seharusnya CUKUP DENGAN BERJALAN..

Ya Allah, bimbinglah kami…!

Wallaahu a'lam bish shawwab..


Mari kita renungkan sebelum membuat resolusi 2016 yang lebih baik dan barokah.



0 komentar:

Post a Comment