BBM ndak jadi naek...

Setelah hari kemaren dipulangkan cepat karena demo yang menolak kenaikan bbm sudah berkembang ke tindakan anarkis mulai dari pembakaran ban bekas sampai dengan pengrusakan pagar gedung DPR/MPR. Berita di bbm grup berseliweran, mulai dari update jalan macet, bermacam gambar SBY dan komentarnya hingga saya dengan ada salah satu kapolsek yang dipukuli massa pendemo sehingga harus dilarikan ke rumah sakit segala...

Semua orang dikantor ingin pulang cepat, dan beberapa orang mulai berkomentar: "semoga ini tidak menjadi tragedi seperti tahun 1998... WAh! mereka sudah berpikir sedemikian jauh atau ketakutan dan bayangan atas tragedi nasional itu teringat kembali????

Tapi yang pasti...
Kemarin (30/03) Jalanan menjadi lengang tidak seperti biasanya... Jam 16.00 arus lalulintas di jembatan semanggi seperti minggu pagi saja :)

eh, ternyata jalan tol di depan gedung DPR/MP sudah terkuasai oleh masa dan semua jalur yang melintas didaerah itu di alihkan ke daerah lainnya. YA... dengan kata lain dipindahkan lah kemacetannya.

Dan, pagi ini hasilnya adalah kenaikan bbm di tunda dengan persyaratan kalo melebihi angka ICP (yang saya ndak tau apa ini) sampai dengan 15% maka menjadi kewenangan pemerintah untuk melakukan kenaikan atau tidak. Nah loo... bukannya kemaren mau dinaikin sama pemerintah terus di demo? apa ndak nanti kalo mau naek demo lage?

Drama yang ditayangkan secara live oleh TV dan RAdio juga internet, seperti melihat telenovela saja tampaknya. PAgi ini ada wawancara di TV one dengan para pengamat dan beberapa anggota dewan terhormat yang bersidang hingga dini hari tadi.

Koq, aku melihatnya seperti ritual saja ya...
Sampe aku pun mendiskusikan dan cukup berdebat dengan mantan pacar ber komentar tentang para komentator yang berkomentar di tv :) pake beda pendapat lage :(

ada hal uang mengusik pemikiranku gara-gara 'perdebatan' dengan si mantan: sebenarnya akar permasalahannya apa sich? koq seperti nya semua orang hanya mementingkan kepentingannya sendiri dan tidak mau "memberi" untuk orang lain? apakah ada yang salah tentang ini? apakah anak-anak kita akan menjadi "orang-orang" seperti ini?

satu pemikiran yang kami sepakati adalah mungkin orang per orangnya yang harus dibenahi, bukan sistemnya dulu, kenapa? ada realitas yang kami lihat
  • - mahasiswa jadi pendemo yang gigih hingga jadi korlap, melawan 'rezim' yang berkuasa bahkan sampe harus di buikan. Demo tentang kebijakan mereka hingga korupsi oleh kroni2nya - katanya lho...
  • - ada simpatisan yang mengajaknya gabung dengan partai dan menjadi salah satu ketua bidang atau departemen, menjadi anggota dewan dan tetap vokal
  • - partainya menang dan dia menjadi pejabat. Nah, sekarang giliran dia yang didemo karena diduga menjadi rezim yang tidak pro rakyat dan kemungkinan besar terkena kasu korupsi.
  • - lolos dari masa-masa ini, mereka menjadi tua and mulai menjadi pengamat politik yang berkomentar kembali tentang kebijakan2 pemerintah yang berkuasa saat itu...

NAh kawan, kalo melihat realitas ini dimana ya salahnya? bagian mana yang bisa kita perbaiki supaya bangsa ini lebih maju dan berkembang lagi dengan damai dan sejahtera?

hem.. aku belum ketemu jawaban pastinya nich?



0 komentar:

Post a Comment