PERSISTENT =KONSISTEN?


Nah, ketemu lagi dech sama satu kawan lama lainnya yang ini agak berbeda, karena dari dulu dia memang agak berkelas. Terutama karena dia anak bungsu, anak laki satu-satunya di keluarga dan kebetulan orang tuanya cukup mampu. Jadi,... ya... memang sejak muda dia sudah biasa menerima yang enak-enak 

5 tahun yang lalu saya terakhir bertemu dengan dia dalam kondisi masih di persimpangan, antara tetap bekerja sebagai employee atau menjadi enterpreneur.

Namun, jabatan kepala cabang yang di sandangkanya waktu itu yang membuatnya tetap bertahan. Hampir semua rekan kepala cabang yang lain yang saya kenal, selalu mencibirnya dengan mengatakan “Anak mami itu mana bisa jualan, ngegaya aja yang jago...”

Secara ekonomi menurut saya pada saat itu masih jauhlah bila di banding saya (pada saat itu red.) dia hanya menggunakan kijang capsul e tahun 97, rumah masih petak hanya ada 1 lorong seperti ruko dan gaji yang pas-pasan, bonus tergantung para pemegang saham. Karena walau dijanjikan dia mendapatkan saham kosong, namun pada pelaksanaannya itu hanyalah angin surga.

Lalu, sekitar 3-4 tahun yang lalu saya dengar terjadi perpecahan antara pemegang saham tempat dia bekerja. Beberapa cabang dibagi-bagi oleh 2 pemgang saham terbesar perusahaan tersebut. Pemegang saham lama yang menjadi mayoritas di cabang yang dia pimpin menerapkan sistem yang lebih fare. Dia mendapatkan saham kosong dan bisa menambahkan kepemilikan saham tersebut hingga maksimal 49%. 
Wooowww... ini mah sudah jadi partner usaha!

Dengan semangat seperti itu, kini saya tidak mendengar lagi keluhannya untuk keluar dari pekerjaannya. Kini yang dia ceritakan adalah: dia baru saya membeli tanah seluas 1.2ha untuk kantor dan gudang yang besar. Lalu, berencana pindah rumah dari tempat lama ke tempat baru yang bernilai 800juta dan posisi di tengah kota!

Hemmm.... hanya 4 tahun saja Broer! Dia sudah bisa membalikkan keadaan kini, saya masih pake kendaraan inventaris dia pake apa coba..? ALPHARD. Opo ora edan tenan!!!!

Terlepas dari semua yang pernah terjadi ada pelajaran yang bisa saya petik dari semangat kawan lamaku yang satu ini: 

KONSISTEN. Dia tetap melakukan pekerjaannya, membina customer2nya (karena saat saya tanya tidak ada customer yang baru). Saat semua kepala cabang rekannya memberikan kredit yang lebih lama atau mecari customer baru, dia tetap saja dengan gaya lamanya. Customer lama dibina dia dan 1-2 customer  baru dan biasanya tidak lama kemudian tidak di supplynya.

Kini, saat semua cabang kehabisan tenaga karena tidak liquid. Banyak piutang dibawah, dia tetap liquid. Cash flownya tetap terjaga. Karena dia konsisten dengan sikapnya yang tidak memberikan kredit lama dan tidak melakukan ekspansi customer baru di wilayah customer lamanya.

Karena dia KONSISTEN melakukan ini maka customer loyalnya pun mempunyai pilihan, mau safe belanja dengan dia atau mencari barang2 yang murah karena distributornya perang harga mereka akan ke tempat lain.

PERSISTENT. Walau pun segala macam godaan, keraguan dan hambatan yang dia alami dalam melakukan bisnis ini sehari-hari. Ternyata ... who’s the one who laugh at the end

Semangatnya dan dukungan keluarga inti yang besarlah yang bisa membuat dia bertahan untuk tetap melakukan apa yang diyakininya. Ini berdasarkan pengakuannya pada saat bertemu dengan saya. Hal ini bisa saya benarkan karena kebetulan saya juga mengenal istrinya.
Apakah anda bisa konsisten melakukannya dan cukup persistent menjalankannya? Pilihan ada di anda, andalah orang yang paling berpengaruh untuk menentukan nasib anda sendiri. Ya ndak?

Jadi.... apakah KONSISTEN=PERSISTENT?

Jambi, Mar 11 2010

0 komentar:

Post a Comment