Pisang Goreng, Es Krim dan Nuklir


Hemm... Judul yang aneh...
Yap. tapi saya menulis artikel ini karena terkait dengan ke-3 benda itu.

Sore itu, saya baru pulang dari kantor dengan setumpuk tambahan pekerjaan yang harus dikerjakan di rumah karena belum selesai dikerjakan dari kemarin walaupun sudah lembur teru selama 2 hari ini. Motor vespa tua menemani perjalanan sore itu yang sudah mendung sejak keluar dari halaman kantor.

Tidak sampai 30 menit hujan deras turun dan saya bersama si vespa berteduh di bawah jembatan laying UKI bersama pengendara motor lain yang senasib. Sambil menghilangkan suntuk saya memesan bajigur dan pisang goreng.

Bajigur hangat dan pisang goreng terbungkus Koran saya terima. Hebat juga nich, tukang gorengan bungkusnya pake Koran kompas lhooo ?

Iseng sambil menikmati pisang goreng saya baca sobekan Koran itu, sebuah judul menarik perhatian saya: “Sarjana Nuklir Berjualan Es Krim” judul untuk memperingati hari buruh sepertinya.

Diceritakan pada artikel tersebut ada seorang Sarjana Teknik Nuklir yang kebetulan salah satu pegawai PT DI Bandung yang terkena PHK th 2003, kini berjualan es krim dan membuka warung kelontong yang marginnya “hanya” Rp 10.000~15.000 per hari.

Pendapatan ini tentunya sangat jauh dari yang dulu ia terima saat menjadi pegawai PT DI dan untuk menutup kekurangannya ia pun bekerja serabutan menerima proyek2 lain.

Sementara salah satu rekannya yang lain berjualan nasi goreng sebagai income untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Walaupun ia juga memiliki pendidikan sarjana dan sering dikirim keluar negeri semasa di PT DI untuk training-training.

Kalo dipikir-pikir kenapa mereka bisa sejatuh itu…?

Mereka pintar, cerdas dan terlatih di luar negeri untuk teknologi tinggi tapi tidak bisa belajar terampil di lapangan! OTAK KIRI lebih banyak menguasai pemikiran mereka.

Masih menurut artikel yang saya baca sambil menyeruout bajigur saya soalnya pisang gorengnya sudah habis pindah ke perut buncitku he…he…

Hal ini juga terjadi pada saat krismon dulu saat banyak Bank yang kolaps dan berjatuhan bangkrut. Banyak pegawai yang biasa berpenampilan necis harus jadi pengangguran! Dimana pada saat itu:


  1. umur mereka sudah cukup tua
  2. umumnya masih tinggal di rumah kontrakan atau minimal masih mencicil KPR
  3. tidak ada jaminan pekerjaan dan pendapatan bagi mereka

sementara untuk mencari kerja di tempat lain mereka harus bersaing dengan sarjana-sarjana muda yang baru lulus, belum ada tanggungan dan bersedia di bayar jauh dibawah yang mereka yang terkena PHK inginkan.

Pada akhirnya mereka bersedia untuk downgrade menerima pekerjaan yang dibawah kemampuan mereka dengan bayaran yang juga dibawah pendapatan yang mereka terima dahulunya.

Wuih… saya berpikir seraya memandang tumpukan kertas di atas vespa saya… bagaimana kalo kejadian itu menimpa saya? Apa yang akan saya lakukan dengan tanggungan 1 istri dan 2 balita di rumah? Mau makan apa mereka?

Pengalaman kerja yang lama dan loyal sebagai pegawai yang disiplin ternyata tidak cukup menjamin kita akan bisa selamanya bekerja dan mendapatkan income dari sana! NO GUARANTEE!!!

Rasanya lebih mantab berjualan pisang goreng & bajigur seperti gerobak emang sebelah, tapi jumlahnya bisa mencapai 40 gerai, apa ndak jadi passive income tuch.

TAgihan si emang bajigur membuyarkan lamunan saya. Ternyata hujan telah berhenti. Saya pun beriap untuk pulang dan kembali ke rutinitas awal tanpa perubahan. Memang benar kata pa TDW

Take Action MIRACLE Happened, No Action NOTHING Happened.



0 komentar:

Post a Comment